Sunday, April 26, 2009

Apakah persahabatan itu bisa dipilih???

Seharian ini kerjaanku hanya tidur-tiduran, tangan memegang remote control TV dan kaki onkang-ongkangan di bawah jendela, dan muka penuh dengan minyak (yang kata bapa aku pantes aja pertamina merugi, secara ladang minyaknya pindah ke muka ku semua..*hahaha*)
Walau tubuhku dalam keadaan diam, keadaan dimana seperti menikmat ujung minggu dengan nyaman, tapi sebenernya pikiranku lah yang melanglang buana kemana-mana. Hari sebelumnya, lebih tepatnya hari Sabtu, seperti biasa mama ku yang supersibuk itu meluangkan waktunya yang sebenernya banyakk sekali untuk menelpon ku seperti biasanya.

Awalnya hanya membahas tentang hal-hal yang sebenernya sudah males banget aku bahas yaitu “ujian”, okey dengan sedikit malasnya aku menjawab dengan setengah hati dan mata sedikit mengantuk. Mama menanggapinya juga seperti biasa, panjang lebar. Aku maklum sih, kuliah itu untuk mencari nilai, dan nilai itu menjadi bekal untuk aku kelak mencari kerja. Entah kenapa aku gak pernah berpendapat seperti itu. Aku mengambil jurusanku sekarang ini bukan karena aku berpikiran untuk menjadi pengacara, hakim, jaksa, notaris, atau apalah pekerjaan yang sangat erat dengan suatu titel “sarjana hukum”.

Tapi alasan pertama aku mengambil jurusan hukum ya karena aku seorang *wanita*. Jangan bingung. Dengan keadaan Indonesia dan dunia yang sekarang semakin tidak menentu, dan keadaan dimana yang bisa bertahan dengan suatu sistem keamanan yang baik sajalah yang bisa hidup, maka aku memilihnya dengan membekali diri dengan suatu ajaran yang bisa membantuku kelak dikehidupanku kedepan. Orang yang tau akan suatu hal maka ia tidak akan ditipu oleh hal itu. Aku melihat banyak sekali orang ketakutan dengan sebuah kekuasaan, karena mereka gak tau kalo sebenernya masih ada lagi hal yang bisa melangkahi keangkuhan kekuasaan itu sendiri, yaitu keadilan. Bukannya fakultas hukum itu selalu mengajarkan kita suatu keadilan itu apa?? hehehehe. Tapi setelah aku menengoknya kedalam *ke fakultas itu* ada banyak hal yang gak aku sadari terjadi di kata-kata *keadilan* itu sendiri.

Alasan kedua ya mungkin aku kurang tertarik dengan dunia ilmu alam, walau aku dulu pernah bercita-cita untuk menjadi ahli di bidang astrologi, atau ilmu perbintangan atau sejenisnya lah. Tapi mimpi itu ternyata harus aku pendam karena aku menemukan suatu makhluk yang menakutkan ketika aku di SMA dulu, yaitu *kimia*. Karena dialah yang membuatku menjauhkan cita-citaku yang satu itu dari pelupuk mataku.

Alasan ketiga, ya aku hanya ingin mencari ilmunya saja. Ya memang sih, ilmu yang didapat harusnya berbanding lurus dengan nilai yang kelak akan didapat. Tetapi sepertinya tidak terjadi pada diriku. hahaha

Alasan terakhir, tetapi tidak menutup kemungkinan jika kelak akan ada alasan lainnya yang kemudian akan muncul. Aku ingin melindungi dan memberi kenyaman dan keamanan bagi kedua orangtuaku. Saat ini hanya merekalah yang aku punya, aku sepertinya tak mempunyai keluarga sedarah lainnya selain mereka *ya walau dibeberapa tempat sana selalu saja ada yang mengaku saudara. Tetapi mereka bukan saudara!! Mereka hanya parasit!!*

Awalnya pembicaraan kami hanya seputar keadaan akademikku dikampus dan keadaan fisikku yang memang akhir-akhir ini agak down. Entah kenapa saat itu aku meberanikan diri meminta izin untuk ikut suatu rencana liburan ke Bali dengan teman-teman SMA ku. Awalnya kau menceritakan rencana itu dengan semangat 45. Kayak semangatnya para pejuang mempertahan kedaulatan negara ini. Seperti biasa, aku yang sebenernya memiliki bakat hobi traveling ini menceritakan ke eksotisan pulau dewata itu. Sebenarnya aku sudah pernah menginjakkan kaki di pulau itu, memang cape sih ke sana, perjalanan yang komplit. Darat, laut, udara, semuanya dirasakan. Tapi liburan ke sana agak kacau waktu itu, selain aku dan mamaku yang mempunyai selera sangat jauh dalam segala hal, mulai dari makanan, pakaian, hingga jenis tempat rekreasi. Dan akhirnya karena perbedaan yang sangat mencolok itu, liburan ku kali itu agak diiringi dengan perselisihan-perselihan kemana kami akan pergi. Mama ku lebih memilih untuk pergi ketempat pusat-pusat perbelanjaan, yang pada saat itu aku pikir , di Banjarmasin juga banyak tuh yang kayak begitu. Tapi kan ini kayak Kuta, Tanah Lot, dan tempat-tempat indah lainnya di Bali gak bakal akan ada dijumpai di Kalimantan Selatan bukan ya?? Ya gak hepi deh liburan kali itu. Dan pada saat itu Bapa ku cuman bisa menasihatiku untuk sabar dan mengalah saja, suatu waktu aku bisa saja untuk balik ke sana dan menikmati berlibur di Bali.

Saat dimana hal itu sudah direncanakan, dan hasilnya izin itu ternyata gak turun!! Okey,, awalnya aku sudah bisa mulai menebaknya. Bukannya selama ini aku merengek untuk sekedar pergi ke solo bareng temen-temen juga gak boleh?? Please ya.. Solo itu paling gak cuman sekitar dua jam aja ke sana. Deket aja, ya walau gak sedeket Banjarbaru-Banjarmasin tapi tetep kan ya itu dalam wilayah yang bisa dijangkau signal indosat atau XL. *hehehe*
Hummm.. Aku meminta izin ke malang aja, yang notabennya udah sering banget aku jelajahin, secara Bapaku orang Tulungagung, yang dari sana menuju Malang juga deket. Itu gak di bolehin!! 

Perhatian-perhatian!!
Tanggal 30 september tahun ini, usiaku genap 20 tahun!! usia dimana seseorang itu sudah bisa dibilang dewasa dan bisa memilih jalan hidupnya sendiri. Kepala dua boooo….

Dan disaat-saat menuju usia itu, begitu banyak larangan yang sebenernya udah gak bisa ditujukan ke usia-usia seperti ini, dan lebih cocok ditujukan kepada mereka yang berusia 17 tahunan. 

Banyak teman-teman yang menyarankan untuk langsung cabut ajah, gak usah pake izin. Tapi apa iya itu sopan?? Aku selalu bepegang pada pandangan, kalau kita gak dapet izin dari orangtua itu akan banyak hal yang gak kita inginkan biasanya terjadi. Dan aku masih ingin tetap hidup layak sampai aku bisa mewujudkan cita-citaku. 

Ada banyak hal yang membuat ku kadang gak bisa terbuka dengan orangtuaku sendiri. Jalan pikiranku memang kadang dianggap kontroversial. terlalu menentang jalur yang sudah ada, jalur yang mungkin sudah dibuat oleh pendahulu-pendahuluku sebelumnya. Ya aku memang sering memberi kejutan didalam hidupku sendiri dan kehidupan kedua orangtuaku, mungkin itu yang membuat mereka agak kurang bisa memahamiku.

Dan satu lagi yang kadang membuatku dan mamaku gak bisa berjalan beriringan. Permasalahan mendefinisikan arti sebuah pertemanan dan persahabatan. Sampai sekarang aku masih tetap menebak-nebak apa sih yang sebenarnya yang ada dijalan pikiran mama. Selalu berusaha menuruti apa yang dimau, selalu berusaha mengerti tentang semua yang mama ingini. Dan berusaha mengekang apa yang sebenarnya aku ingini. Ya walau terkadang aku terkesan membantah, tapi sebenernya itu hanya untuk hal-hal yang gak fundamental bagi pengalaman hidupku. *taelaa.. berat sekali bahasaku*

Ada satu pernyataan mama yang saat komunikasi lewat telepon itu yang membuatku akhirnya harus segera mengakhiri pembicaraan siang itu. Karena aku gak mau mama tau kalau aku setelah itu menangis (lagi) karena memang ada satu hal lagi yang gak bisa aku perjuangin untuk mama mengerti aku. Di percakapan telepon siang itu, dengan sedikit nada suara yang gak bisa dikontrol lagi, aku menceritakan apa sih sebenernya terjadi selama aku dijogjakarta!! Pertemanan seperti apa yang sebenernya aku dapetin disini??? Sebenernya gak seperti yang mama bayangkan. Aku bertahan dengan semuanya, mencoba memahami dan aku rasa aku lambat laun mulai diinjak-injak oleh beberapa pihak. Mama gak tau kalau sebenernya aku disini dipaksa harus mengerti, dipaksa harus menghargai, padahal aku tidak mendapatkan itu sebaliknya. Aku gak pernah menuntut apa-apa, tapi apa iya aku harus terus mengalah dan terus dinjak-injak disini??? Hanya ada beberapa yang bisa mengerti aku, ya walau terkadang aku harus terus memahaminya terlebih dahulu. 

Aku gak bisa menempatkan diriku, karena memang mereka berdiri sok angkuh dengan labelnya masing-masing. Mereka memang baik, mereka bukan orang-orang yang suka menohok dari belakang. Hanya saja mereka kurang bisa mengerti dan menghargai aku. Aku gak pengen dihargai sedemikian rupa sehingga terkesan begitu menghormati, aku gak pengen dimengerti untuk setiap perbuatanku yang katakanlah salah. Tapi bukannya pertemanan itu saling memberi dan menerima??? 

Dan aku diharuskan melepaskan apa yang telah aku bentuk dulu bersama mereka yang bisa memberikan apa yang orang-orang ini tidak berikan kepadaku. Aku bukannya meminta untuk semuanya sejalan dengan apa yang aku pikirkan, tapi cobalah untuk mengerti dan menghargai aku. Aku diharuskan melepaskan semuanya yang telah memberikan  kontribusi yang besar bagi perjalanan kehidupanku hingga aku bisa mengijakkan kakiku disini.  Aku harus melepaskan mereka yang secara gak langsung ikut andil membentuk aku sekarang. 

Mereka itu yang membuat aku selalu nyaman jika aku didekat mereka, persahabatan mereka sudah diuji dengan jarak, waktu, dan kesibukan yang selama ini terbentang dihadapan kami. Kami baik-baik saja, berjalan seperti dulu, saling menyemangati, saling menghargai, saling mengerti, dan saling berpegangan tangan dalam menghadapi hal yang terkadang sulit untuk dilalui didepan kami.

Apa orang-orang seperti itu yang harus aku tinggalkan??
Dan apakah orang-orang seperti ini yang harus aku menangkan?? 
Aku memang selalu berusaha memahami mama, tapi coba pahami aku untuk kali ini Ma???
Mereka itu yang terbaik bagiku, dan mereka ini belum bisa terbaik bagiku kini, karena aku belum bisa mereka mengerti dan mereka hargai.
Anakmu ini sebenarnya tau orang-orang manakah yang bisa berpegangan tangan dan berjalan bersama.

No comments:

Post a Comment

 
Designed by Lena Graphics by Elie Lash