Monday, October 26, 2009

untitled

Aku memang bukan orang yang bisa menempatkan diri dalam setiap situasi, terkadang berontak dan terkadang mengeluarkan sebuah statement yang bisa diterima sebagian orang dan tidak bisa diterima sebagian orang.

Aku menempatkan diri pada posisi yang harus selalu mengerti atas semua sikap. Mendekatkan diri pada pihak itu dan berusaha melihat dari sudut pandangnya. Dan mungkin sekali lagi, aku bukan orang yang hanya bisa diam atas semua sikap melunjak dari pihak yang berusaha aku pahami.

Aku menyayangi semua sahabatku. Hingga saat ini, walau dulu aku sering berpindah-pindah sekolah. Aku masih menjalin kontak dengan mereka. Walau tak bisa semua direngkuh jadi satu. Aku bangga dengan kehadiran mereka. Percaya!! Aku akan begitu loyal dengan semua sahabatku yang bisa membuatku mempercayainya dan mereka juga balik mempercayaiku. Tapi jangan pernah membuatku merasa dikhianati, karena memaafkan itu mudah tapi melupakan itu terlalu sulit selama aku tidak hilang ingatan, jiwaku masih waras atau aku belum mati.

Entah kenapa aku lebih memilih mendengarkan saran dari mereka daripada mendengarkan isi hati atau berpikir sendiri. Ya mungkin juga karena sekarang aku sudah tak punya hati dan otak.
Kesan pertama tentang penilaian orang memang selalu buruk tentangku. Mungkin karena ekspresi friendly itu susah dibentuk, mungkin juga karena aku agak sedikit tak perduli dengan lingkungan. Tapi percaya saja aku akan berusaha berubah setelah semua mau mengenalku lebih jauh.

Aku sering di kondisi dimana aku tak mengenal seorangpun. Tak ada satupun yang bisa diajak bicara. Mungkin juga karena masalah bahasa. Tapi bersahabat itu bukan dengan bahasa, tapi dengan hati ternyata.

Aku terlalu sering menyakiti sepertinya. Sebenarnya bukan itu maksudnya. Aku hanya ingin semua juga balik mengerti aku. Aku tak bisa hanya diam dengan keadaan yang menyakiti mereka dan juga menyakiti mereka-mereka lainnya.

Aku bangga dengan mereka yang hadir di masa taman kanak-kanakku. Berbagi perosotan, berpegangan tangan membentuk lingkaran, berbagi kue cincin, berbagi crayon, berbagi meja kecil untuk menggambar, saling bergantian mendorong diayunan, bercanda di jungkat jungkit, dan berlarian dihalaman saling mendorong tapi kemudian saling berusaha meraihnya bangkit lagi.

Aku tak pernah bisa melupakan sekolah-sekolah dasarku. Palangka 12, siderejo 1, banjarbaru kota 9. Aku belajar budaya. Aku sekali lagi belajar bersahabat itu dengan hati. Aku belajar berbagi seperti saudara. Aku belajar untuk selalu beradaptasi. Aku belajar bagaimana bercerita.
Dimasa sekolah menengah pertamaku. Mungkin terlalu apatis. Aku merasa begitu bersalah dengan banyak orang. Aku begitu tak perduli dengan lingkungan. Aku hanya merasakan aku dan jalan hidupku saja. Ya mungkin karena aku terlalu membawa masalah yang seharusnya tak kuhadirkan ditengah mereka. Maaf buat semua. Maaf juga untuk seorang sahabat lamaku. Persahabatan itu akan lebih bertahan lama daripada semua hubungan yang lain bukan??

Terimakasih untuk putih abu-abuku. Terimakasih untuk semua perjalanan cerita. Terimakasih untuk semua rengkuhan dipundak ketika ternyata aku harus menangis. Aku sebenarnya sudah tau rasanya dikhianati tetapi aku tau bukan kita yang memilih cinta tapi cinta yang memilih semuanya, aku bangga sudah menjadi orang yang turut hadir dalam cerita itu, percaya aku takkan mengganggunya, kalian sahabatku, kita sudah saling ikhlas bukan?? Terimakasih untuk ajarannya tentang kedewasaan. Mungkin kita bersama dengan jangka waktu yang lama, sehingga kita bisa saling mengerti tentang semua hal yang semua orang diluar sana tak tau. Aku tau rasa itu ada dalam sebuah persahabatan ternyata, bukan karena hal yang indah diawal, tapi lebih kepada semua hal yang buruk yang saling diketahui.

Bukan hal yang mudah ketika sebuah kenyataan mengejar dan menuntut sebuah penyelesaian. Ketika diri hanya bisa berlari menjauh, semua konsekuensi atas patah hati bukannya harus diterima? Tempat baru seperti ini bukanlah tempat yang tepat sebenarnya untuk melupakan semuanya, karena walau berbeda, waktu yang berjalan dikedua tempat itu sebenarnya dalam bentuk yang sama, tak ada yang relevan atas keduanya.

Saat ternyata perguruan tinggi menjadi pilihan berikutnya, menempuh hal yang bisa membuat sunggingan kecil untuk mereka yang mencintaiku. Tak apalah mengorbankan hati yang terkadang masih harus berpaling menatap kebelakang. Ditempat baru ini, ketika semua luruh satu persatu. Pencarian akan sahabat itu akan berlanjut bukan? Sebuah cerita indah berawal dari semua perkenalan, menjadi satu dan berbagi. Suka duka itu ada bukan, dan itu memang untuk dibagi, bukan untuk dipendam dan kemudian menyakiti hati yang lain.

Kalian tau? Ketika aku bercerita semua hal yang aku lihat pagi ini dan apa yang terakhir aku lihat malam ini. Aku akan selalu berbagi, walau terkadang sepele, itulah sebenarnya awal keterbukaan dan kepercayaan.

Aku pernah kehilangan seorang sahabat. Entah karena itu salahku atau salah keadaan yang mebuat kami tak bisa berbagi hal yang memang tak bisa dibagi. Itu dulu, dan sekarang aku tak mau itu terjadi lagi. Tapi ternyata salah. Hahaha… mungkin aku hanya bisa menertawakan kebodohanku untuk kedua kalinya. Aku hanya ingin berusaha jujur dengan semuanya, walau terkadang kita memang harus tetap berbohong untuk sebuah kebahagian sendiri atau orang tertentu.

Aku tau setiap orang memiliki keunikan masing-masing. Semua punya kepribadian yang terkadang memang tak terbaca oleh banyak orang, hanya mereka yang bersama dalam waktu tertentu yang tau. Dan ternyata terkadang memang ada kemunafikan. Fakta itu bisa dimanipulasi ternyata.

Didalam kisah ini peran antagonis diperankan mereka yang terlihat tertindas, bukan mereka yang berkuasa. Peran antagonis dalam cerita ini sebenarnya mereka yang tak ada pengikutnya, bukan mereka yang bersatu untuk mengembalikan keadaan seperti semula. Mulut manis itu bisa saja selalu berkata hal-hal yang bisa menjatuhkan harga diri. Bukan permintaan maaf yang diminta, tapi hanya keadaan semula sebelum mulut besar mereka itu menyebarkan hal yang hanya berdasarkan otak kerdil mereka yang hanya bisa berpikiran picik itu saja.

Percuma air mata itu mantan sahabatku! Karena aku lebih dahulu menangisi keadaan yang kau ciptakan untukku. Aku takkan pernah terenyuh dengan semua penuturan polosmu! Aku juga takkan pernah simpati dengan semua cerita sedihmu tentang jalan kehidupanmu. Mantan sahabatku, aku hanya ingin kamu tau. Kau terlalu naïf menjalani kehidupan, kau tak pernah menjalani pahitnya jatuh dan bangun dalam keadaan yang tak mendukung, ujian hidupmu tak ada apa-apanya, dan karena itu ketika hari ini semuanya menghampiri, kau hanya bisa menjerit meminta semua simpati dan mengimbaskan kesakitan hatimu akan sebuah kehidupan kepadaku.

Awalnya aku bisa mengerti. Tapi aku terlalu sakit hati ketika tau kenyataan. Percuma kau memutar balikkan fakta didepan semuanya, Karena wajahmu yang sebenarnya sudah terlihat. Entah kapan, tapi pasti kau akan ditendang kepojok ruangan dan semua orang melemparimu dengan pandangan ketidaksukaan mereka. Terserah kau menilai apa kesakitan hatiku ini. Aku tak perlu maaf darimu. Karena aku tak ada salah untuk semua ini. Hanya asumsi liarmu yang tak bermoral itu saja yang kau jadikan patokan untuk menjatuhkan aku kini. Aku juga tak pernah mendapatkan alasan kau melakukannya ini padaku.

Tetapi selamat!! Kau sudah bisa menipu kami semua!

Peduli gila dengan semua penjelasanmu, peduli gila dengan semua pertanyaan sok perhatianmu kepadaku, peduli gila dengan semua orang yang juga tak punya otak seperti kalian.

Dan untuk itu aku tak pernah bisa tidak kembali menyayangi sahabat-sahabat yang selalu menjajari langkahku dan mereka yang selalu bersedia merengkuh pundakku ketika aku menangis. Aku tau aku terlalu banyak mengeluarkan air mata untuk menangisi sahabat yang tak pantas untuk setiap tetes air mata kita semua.

Seperti yang aku tulis diawal. Aku akan selalu membalas apa yang kalian berikan untukku lebih dari yang terharapkan atau yang dikira.

Terimakasih untuk semua yang hadir dari semua segmen kehidupanku.



Tuesday, October 13, 2009

Lelakiku

Ketika kasih sayangmu dulu kupertanyakan
Karena belaian acuhmu kudapatkan pada tiap batas kehidupanku
Ketika tiap tetes air matamu kau sembunyikan dari tatapku
Saatku pasti pergi lepas dari kehidupamu
*
*
Apakah harus kupertanyakan semua?
Semua kegundahan yang selalu kupertanyakan atas kemurnian kasih sayangmu
Apakah aku harus mencari kasih sayang yang kuanggap hilang?
*
*
Tapi kini kutahu kau menyayangiku
Menyayangiku setulus hatimu, Menyayangiku karena keterbatasanku, Menyayangiku karena semua kehidupanku
*
*
Tangan kekarmu menuntunku mencari sebuah jati diri, jati diri seorang wanita sejati
Jati diri layaknya bunda mengasihi, agar kudapat bahagia sejati
*
*
Kenapa ku pasti pergi dari kehidupanmu lelakiku
Kenapa ku harus memberikan cintaku pada lelaki lain
Padahal aku bisa memberikan seluruh sisi hatiku padamu lelakiku
Padahal aku bisa menemanimu sampai kau menuju kehidupanmu atau aku menuju kehidupan keabadianku
*
*
Ayah aku selalu ingin kau jadi lelakiku
Aku selalu ingin kau berada pada langkah kakiku
Aku selalu ingin slalu menangis dipundakmu
Aku selalu ingin belaian acuhmu yang selalu kudapatkan pada tiap batas kehidupanku
Aku selalu ingin kau mendampingiku menjalani kehidupanku untuk menatap setiap warna dunia
Aku selalu ingin kau menyayangiku, mengiringi langkah kakiku
Walau lelaki yang lain turut menyayangiku dan mengiri langkahku
*
*
Aku tak ingin menjadi dewasa bila aku tau kau harus berbalik meninggalkanku
Aku tak ingin mendapatkan jati diri wanita sejati bila ku tahu kau takkan mengiringi langkahku
Aku tak ingin menjadi wanita layaknya bunda bila ku tak bisa mennagis lagi dipundakmu
*
*
Ayah aku hanya ingin kau tahu
Aku sangat menyayangimu
Walaupun dalam diam ku
Walau hanya lewat tetesan air mata yang mengalir dipipiku
Walau hanya lewat hembusan nafasku
Aku akan selalu menyayangimu... Ayah.. 

Friday, September 04, 2009

a note on sunday morning

Batasan waktu yang aku tetapkan sebentar lagi datang, sementara masalah yang harus aku selesaikan terus menambah deret panjang antrian. Yah mungkin layaknya para pemudik yang antri untuk bisa membeli tiket untuk pulang kampung sekedar bertemu kangen dengan keluarganya.
Kadang menyesal juga ketika menyadari aku sudah membuat suatu prinsip yang ternyata aku sendiri tak bisa menjalankannya, cenderung melanggarnya. 
Waktu dua tahun melarikan diri dari segala kenangan yang seharusnya sudah terhapus hari ini. Kini terbentuk lagi suatu penyesalan yang sama seperti waktu itu. Titik dimana aku kembali hanya menatap kehidupan sebagai rutinitas yang memang mempunyai jadwal alamiahnya, tanpa memberikannya rasa dan ruh yang dapat diingat dan dimaknai dengan hati.
Melatih rasa, melatih kepekaan antara gabungan logika dan rasa malah terkadang membuatku terlalu berpikiran jauh kedepan. Semuanya sudah dapat aku lihat hasilnya hari ini, detik dimana ketika aku memulai sebuah usaha itu.
Mungkin aku lelah menjadi pihak yang pertama, selalu berusaha memberikan semuanya yang bisa membuat kriteria ku untuk bisa berdiri didepannya. Aku memang trauma atas semuanya, entah hasil kepekaan perasaan dan logika itu atau memang semuanya belum terhapus sempurna. Aku mencurigai kehidupanku sendiri akhir-akhir ini. Selalu berasumsi yang terkadang memang pada kenyataannya lebih menyakitkan dari asumsi itu sendiri.
Hari dimana kehidupan baru yang aku rencanakan itu terus mengejarku, membuatku harus terus berpikir, sebenarnya apa yang sudah aku lakukan. Aku bukannya tak berusaha, aku bukannya tak berani mengambil resiko. Tapi aku ada batasan abstrak yang tak bisa aku langgar lebih jauh. Mungkin juga karena terlalu lelah berusaha.
Namun bila hari itu datang, hari dimana aku memang harus kembali pada batasan abstrak itu dan kembali mengumpulkan semua yang terberai satu persatu dan menyusunnya kembali satu atau dua tahun kedepannya lagi. 
Aku bukannya ingin lari, tapi hanya ingin beristirahat. Karena manusia bisa lelah kan?
Aku tak bisa bersikap biasa-biasa saja, aku juga tak bisa selalu memaklumi. Karena aku juga merasa ada hak yang selalu aku korbankan sebelumnya. Aku ingin profesional, aku tak ingin membawa siapapun kejalan yang tak mengenakkan ini. Aku bukan ingin dimengerti, cukup jauhi aku dan berikan aku waktu untuk berpikir tentang makna kedewasaan untuk menyelesaikan semuanya yang sudah terjadi didepanku dan dibelakangku sebelumnya.

Wednesday, July 01, 2009

Because I'm Stupid

Aku dapet lirik lagu ini dari seorang temanku (yang tak mawu disebutkan namanya disini) dan aku juga tak begitu mengerti maksud dan tujuannya mengirimkan lirik itu. Mungkin karena kami bedua memang sama-sama bego, seperti judul lagu ini. :)

Entah lah sapa yang nyanyiin,akhir-akhir ini aku kurang begitu update sama perkembangan zaman soalnya. Tapi karena liriknya lumayan bagus dan aku tau "orang-orang yang akan aku tag disini pernah atau sedang atau akan merasakan hal yang menjadi inti dari lirik lagu itu" hehe :), jadiii apa salahnya berbagi.. :P

Enjoy it guyssss....

BECAUSE I’M STUPID

I’m really very foolish

I know of no one other than you

You’re looking at someone else

Yet you have no idea of my feelings like this

I won’t be in your days

I won’t be in the memories either, however

Only you, I looked only at you

And the tears keep coming

As I watch you walking past, I’m still happy

Even yet you still don’t know my heart

I should stop this and go

I really want to see the day

I’m withstanding the pain each day

Alone once again, crying for you

Alone once again, missing for you

Baby, I love you, I’m waiting for you

I won’t be in your days

I won’t be remembered either, however

Only you, I looked only at you

I’m making memories alone

Loving you is like having a beautiful wound

I look at your pretty smile also

But I cannot laugh with you

I’m thinking about you so much everyday

My heart is hurting in all these sad days

Alone once again, crying for you

Alone once again, missing for you

Baby, I’m waiting for you, I love you

Bye bye, never say goodbye

Even though I cannot hold you like this

I need you, I cannot say anything more, I want you

I keep on hoping too, I’ll keep hoping.

I really want to see the day

I’m withstanding the pain each day

Alone once again, crying for you

I’m thinking about you so much everyday

My heart is hurting in all these sad days

Alone once again, crying for you

Alone once again, missing for you

Baby, I’m waiting for you, I love you

Yup, lirik itu sebenernya simple aja. Gak perlu bahasa yang puitis untuk mengguratkan apa yang sebenarnya hati rasakan. Karena sebenarnya bahasa yang terlalu puitis terkadang membohongi hati yang memang sederhana untuk mencinta.

Kalian pernah merasakan ada disatu masa semuanya berasa hampa??

Sibuk mengerjakan hal sia-sia yang sebenarnya hal itu ditujukan untuk melupakan hal yang sangat menyakitkan??

Saat ini, mungkin waktu, jarak, keadaan, dan hal yang menyibukkan tak cukup untuk menghapusnya semudah itu. Menyakiti diri dan mengorbankan semua hal yang mungkin saja didapat diluar itu ditinggalkan dan disia-sia.

Hari pertama aku tau semua hal yang ada didiriku dan dia berubah, ada sedikit pemunafikan. Semuanya belum bisa diterima begitu saja. Rasa yang ada berubah 180 derajat dari sebelumnya.

Sebelumnya, mata beradu dan saling memahami apa yang saling disampaikan bisa diterima. Tapi setelah itu, ada perdebatan batin dahulu sebelumnya.

Tangan yang berpaut untuk saling menguatkan jalan sebelumnya.Setelah itu, bergetar ketika harus saling bergenggaman.

Jauh hari-hari dilalui dengan semua percikan dan senyuman, ternyata harus berakhir seperti ini. Sebenarnya, ini bukan diakhiri secara tiba-tiba. Perlahan tapi semuanya pasti terlepas dan terhapus olehnya. Sedangkan aku sini hanya bisa tersenyum kecut melihat kebahagiannya.

Aku bukan tak ingin dia bahagia. Kebahagiaan apalagi yang paling sempurna selain melihat orang-orang yang kita cintai dalam keadaan bahagia??

Sebenarnya aku tetap ingin bertahan memerankan aku seperti biasa, kembali beracting seakan tak terjadi ada apa-apa.

TOO HARD TO TRY IT

Wednesday, June 24, 2009

about past (hurting now)

Dulu, kata oma, pokoknya kata semua orang. Bapa aku memang gak menemani proses persalinan mama. Bapa dilarang masuk ama opa buat nemenin mama. Alasannya sih simple, katanya takutnya malah bikin heboh (heboh?? kabar-kabari.. aku anak pertama dan akan menjadi cucu cewe satu-satunya. Mungkin faktor itu ya yang ntar kemungkinan bapaku heboh ndiri. hahaha.. wajar si). Alhasil mama cuman ditemani dokter serta perawat-perawatnya buat ngeluarin paksa diriku. Ya memang agak sedikit dipaksa karena aku itu katanya rewel banget!! Gak mau lahir-lahir.. hehehe Sementara opa beserta keluarga lainnya menunggu diluar buat nenangin bapa yang katanya udah kasak-kusuk gak karuan. Dan skali lagi aku mengadakan pembelaan buat bapa, ya wajar lah. Siapa juga yang gak bakal panik pada saat kelahiran anak pertamanya??? Gak ada yang bercerita lagi tentang kejadian setelah kelahiranku. Ya, paling-paling nangas-nangis bahagia gitu, ya kayak umumnya lah pokoknya.

Setelah dua minggu aku menghirup sesaknya udara tahun 89an, aku harus dibawa paksa ke suatu pelosok pulau kalimantan karena bapaku ditugaskan disana, dan sebagai istri yang baik mamaku harus mengurusi suaminya kan?? Dian kecil dibawa ke perjalanan berat nun jauh ke suatu tempat yang bernama Pagatan. Mungkin keadaan medan jalan ke sana gak semudah sekarang. Tempat indah nan eksotis dipinggir pantai itu harus dibayar dengan perjalanan yang super berat. Dian kecil tumbuh disana sekitar 2,5 tahun, dipinggir pantai, dan gak aneh aku sekarang suka pantai. Sehabis itu aku digotong lagi menyebrang, ke sebuah pulau dengan ibu kota daerahnya kotabaru. Entah lah itu kecamatan atau kabupaten. Yang pasti, kehidupan dian kecil kembali bergelut dengan yang namanya perpantaian.

Hingga usia sekolah Taman kanak-kanak, aku kembali nomaden ke daerah kalimantan tengah, Pangkalan Bun. Daerah yang doyan banget banjir itu menjadi saksi kepolosan kehidupan dian kecil (yang sekarag udah gak kecil lagi). Gak lama aku mengenal tempat aneh itu (anehh.. sumpah... masa iya beli pisang dijual kiloan???), aku kembali harus pindahan lagi. Masih didaerah Kalimantan Tengah sih, tapi jaraknya naujubillah jauh bangett booo dari Pangkalan Bun itu. Ya tapi gak apalah, akhirnya bisa tinggal di ibu kota provinsi yang pastinya perkembangannya lebih maju ketimbang cuman daerah kabupaten atau kecamatan.

Tapi waktu Bapa ku kembali dipindah tugaskan, aku masih duduk di bangku TK Nol gede. Karena semua urusan pindah-pindah itu ribet, maka aku dititipkan di Banjarbaru, kebetulan Bapa sudah menyiapkan rumah disana. Dan mulai dari sini lah inti dari cerita (baca: curhat colongan) note ini.

TK Nol gede aku disekolah kan di TK teratai di belakang komplekku. Yang sekarang di daerah UNLAM, disebelah asrama wasaka. Mulai saat itu aku mulai belajar mandiri, belajar hidup jauh dari orang tua. Anak kecil yang harus survive sendiri dan dengan bimbingan jauh dari orangtuanya. Aku ingat banget, dulu jarang ada hari dimana aku bisa bareng mama bapaku. Mungkin dulu aku belum ngerti apa itu artii sebuah keluargaku. Yang aku tau dulu hanya sekolah dan setelah sekolah makan terus main, terus itu pulang-pulang mandi, makan lagi, trus tidur. Saat itu aku bisa enjoy dengan keadaan itu, bisa terima semuanya. Mungkin benar memang dunia anak-anak itu gak jauh-jauh dari yang namanya dunia bermain. Jadiii... gak ada lagi pemikirannya selain ke sekolah dan pergi bermain.

Melanjutkan sekolah ke bangku sekolah dasar, mungkin karena gak tega melihat aku akan berkembang jiwanya tanpa bimbingan kedua orangtuanya, alhasil aku diboyong ke Palangkaraya. Walau sudah tinggal dimana orangtuaku bertugas, gak serta-merta aku bisa punya waktu penuh bersama kedua orangtuaku. Keduanya masih sering bepergian mengurusi tugasnya dan tanggung jawabnya masing-masing. Dan sekali lagi, dian kecil waktu itu hanya memegang teguh suatu hal tentang 'dimana saja dan sedang apa saja. orangtua itu selalu menyayangi dan akan trus berdoa untuk anaknya'. Dan aku gak pernah protes dengan keadaan itu.

Pada fase setelah itu, mulai ada percikan kecil di kehidupanku. Setelah suatu kecelakaan speedboat, mama harus dirawat di Surabaya, yang aku tau waktu itu harus berpisah lagi dengan kedua orangtuaku. Walau aku tetap mereka bawa ke Tulungagung untuk bersekolah disana yang kalo dihitung-hitung lebih dekat dengan surabaya ketimbang harus menitipkan aku dibanjarbaru.

Waktu itu Bapa kesana-kemari mengurusi kami berdua, aku dan mamaku. Kerjaannya di Palangkaraya dia tinggalkan begitu saja, mungkin pikirannya saat itu hanya tertuju kepada istrinya dan anaknya saja. Hingga kini aku masih ingat bagaimana perjuangan seorang suami yang juga seorang bapa memenuhi perannya. Sampe kapanpun, pelajaran, pengalaman, dan sedikit trauma pada waktu itu gak akan pernah terhapus di memory ku. Aku ingat, seringkali aku melihat Bapa tiba dari surabaya sore hari bertepatan dengan pulang sekolahku (SD ku itu buat anak-anak kelas 1,2, dan 3 masuk siang), dengan senyum khasnya, dia menyambut kepulanganku lalu memelukku dan langsung memberikan oleh-oleh yang dia beli dijalan, dulu sering banget dibawakan tahu yang dipotong kecil-kecil dibungkus, trus rasanya agak asin, yang warnanya kekuningan, yang biasanya dijual di angkutan kota di jawa timur (yang sering naek bis kota didaerah jawa timur pasti tau). Aku kadang cuman meringis menerimanya, tapi tetep memakannya sambil bercerita kehebohanku disekolah. Biasanya hal yang aku ceritakan tentang betapa bergunanya bahasa tubuh itu, karena aku yang gak bisa bahasa jawa waktu itu hanya menggunakan bahasa rimba itu untuk melakukan interaksi ke teman-teman yang kebanyakan susah banget klaau diajak ngobrol pake bahasa indonesia. Biasanya malam menjelang, aku terus saja mengekor kemana bapaku pergi. Sampe shalat atau mandi aja aku tungguin!! Kalau tiba waktunya tidur, aku gak bakal tidur kalau gak ditemenin. Okeyy.. aku emang manja waktu itu. Cerita pengantar tidur waktu itu bukan cerita tentang putri tidur atau Cinderella atau cerita yang selalu berakhir dengan kebahagiaan pemeran utamanya. Tetapi tentang cerita untuk bisa tetap ceria, tetap bisa bertahan dengan keadaan yang gak menentu saat itu, tetap bisa menjalani hariku sewajarnya, bertahan dengan segala hal yang sedang dihadapi. Aku cuman dijelaskan kalo saat itu adalah cobaan hidup. Kalau bisa menjalaninya aku bakal dapat hadiah setelah itu. Okelah, yang aku pikirkan hanya sebuah hadiah nyata, maksudnya sebuah barang gitu. Ahaha,, begog juga aku waktu itu. Tapi aku tetap tertidur dengan dongeng pengantar tidur jenis itu, lalu paginya aku terkadang tak menemukan Bapaku disebelahku, dan pasti setalah sadar Bapa kembali ke Surabaya, aku mengambil bantal lalu menutup muka sambil menangis sekenceng-kencengnya. Weekend?? Hahaha,, apa itu weekend?? Yang aku tau habis hari sabtu itu ya hari senin.

Setelah semuanya bisa kami bertiga lewati, benar juga kata Bapa. Pasti ada suatu hal yang manis yang bakal kita kecap. Walau kami gak bisa berkumpul, karena bapa harus meneruskan dinasnya ke Palangkaraya, sementara itu aku dan mamaku tinggal di Banjarbaru. Dan skali lagi aku harus bisa menjalani hari tanpa ditemani secara fisik oleh kedua orangtuaku lengkap.

Bapa baru dipindah kerja di Banjarmasin saat aku SMP, mungkin ini sebuah hadiah yang dulu sering aku minta ke Allah. Buat bisa bersama, dan akhirnya Allah mengabulkannya.

Gak lama aku bisa tinggal lengkap bersama (yah kalo dibandingin dimana aku mesti pisah-pisah hidup sendiri-sendiri dengan kedua orangtuaku), sekarang aku harus kembali meninggalkan mereka. Ya kali ini aku yang memutuskan untuk keadaan ini. Untuk alasan cita-cita sebenernya.. Kali ini mungkin akan lebih berat. Gak ada lagi yang namanya setiap minggu bisa ketemu, gak ada namanya setiap bulan bisa ketemu. Yang ada hanya waktu lebaran dan liburan semester bisa pulang!!

Sebenernya dengan alasan aku bercerita sangat panjang lebar seperti ini. Buat mereka-mereka yang selalu punya alasan untuk melakukan atau untuk tidak melakukan sesuatu. Jangan pernah bangga dengan cerita kalian-kalian sekarang ini.

Jangan pernah melebihkan keadaan dan selalu berbuat semaunya dengan alasan cerita diatas yang tenyata hanya kalian-kalian alami sekarang. Aku pernah ada dalam fase dimana kalian-kalian rasakan sekarang. Dan kembali merasakannya saat ini. Jauh dari orang tua, mengurusi diri memang sepenuhnya dengan kesadaran diri. Jangan pernah berlagak didepan ku seolah kalian-kalian yang hanya pernah menderita, yang sok menasihati karena merasakan hal itu.

Cape aja selalu toleran dengan kalian-kalian, sedangkan aku selalu harus disepelekan. Dipandang sebelah mata. Dan dianggap menjadi anak yang selalu bahagia dengan kehidupan masa kecilnya. Dan akhirnya dianggap tak pantas untuk dihargai sebagai manusia yang punya pengalaman hidup.

Huff… jika kembali kepada narasi ceritaku. Sepertinya aku harus memiliki banyak waktu untuk bersama. Banyak waktu yang ternyata terbuang dengan semua jalan yang dijalani. Aku gak berani bilang itu cobaan hidup. Karena hari ini aku mengalami hal yang membuatku tak ada satupun orang yang berhasil memotivasiku.

Kadang aku hanya bisa menangisi hal yang sudah terjadi di masa laluku, melihat kesekitar dengan semua orang yang berbahagia bersama keluarga mereka. Sebenarnya jika bukan sekarang, kapan lagi akhirnya aku harus bisa terus bersama kedua orangtuaku. Aku perempuan yang terkadang harus mengikuti kemanapun suaminya pergi, dan memang seharusnya demikian kan??

Mungkin separuh lebih dari umur kehidupanku, aku lebih banyak hidup sendiri. Jika aku harus terus mengingat dari bagian kehidupanku yang dulu, hanya terlintas sedikit aku tersenyum, walau aku tau itu rasanya tulus dan memang aku merasakan yang terbaik dari semua senyum yang ada didiriku hingga saat ini.

Aku sepertinya meminta begitu banyak. Aku tak tau bagaimana lagi harus mengulangi masa lalu yang harus aku buang dengan segala macam bentuk traumatis dari segala kejadian yang belum bisa aku toleran. Aku bukan menyesali takdir, aku hanya menangis aku tak bisa mendapat berkeranjang-keranjang senyuman yang pada hari ini bisa menjadi motivator ku.

Love you mom, love you dad.. maaf untuk tulisan ini :(

Tuesday, April 28, 2009

Tuesday For "Knowing"

Hari ini diawali dengan kuliah Hukum Perniagaan Internasional yang sebenernya sih nyenengin. Tapiii.. yang gak nyenengin itu jadwal kulaihnya. Jam 7 pagi boookkk..!!! Ya walau dulu waktu masih semester-semester awal udah sering masuk jam segitu, entah kenapa, untuk semester ini aku males banget buat kuliah pagi. Jiwa dan raga belum genap berkumpul tuh soalnya.

Seperti biasanya Pa Hariyanto telat masuk 15 menit, ya mungkin buat kasih waktu mahasiswanya untuk bertelat-telat ria. Dan dimulai lah pelajaran Hukum Perniagaan Internasional, oh iya sebelumnya Pa Hariyanto bilang kalo ntar yang ngajar dosen lainnya, tukar tempat gitu. Hah!! Awalnya aku gak ngeh ama pembicaraan bapanya dan 
ngehnya baru sekarang!! *Lemodhh banget kan???*. Dan otomatis aku paniknya juga baru sekarang, gak dari tadi-tadi waktu dikampus. Sebenernya sih aneh juga kalo panik, tapi beralasan kok aku panik. Dari mata kuliah Hukum Dagang kemaren aku ngambil kelas yang diampu ama Pa Hariyanto, ya walo gak dapat nilai A, paling enggak aku masih dapat B. Karena menurut kabar dari seseorang, dia dapet nilai jelek dan banyak juga yang dapat nilai jelek temen-temen sekelasku. Itu keajaiban kan ya buat aku yang ber otak pas-pasan ini bisa gak ikut nilai mayoritas. *hakhakhak*
Kalo dosennya diganti, lama lagi dong adaptasinya. Soalnya soal ujian Pa Hariyanto itu khas banget, jadi aku bisa nebak aja apa yang bakal keluar (walo bisa nebak, tapi tetep belom bisa dapat A)

Tinggalkan kelas Hukum Perniagaan Internasional, aku dan teman-temanku beranjak ke tempat ibu jualan kue di depan gedung F. Lumayan kue sus ama lumpia buat sarapan. Gak sempat sarapan dikost soalnya (sebenernya sih jarang banget sempat makan dikost dulu). Tepat jam 9, aku, rifka, tika berpisah dengan dinda, titin, dan fina. Aku cs ke ruang B ikut kelas Hukum Lingkungan dan Dinda cs ke ruang G buat ikut kelas Hukum Perkawinan Islam (hahaha... langsung di praktekin aja materinya habis ujian akhirnya entar. Kan terjun ke lapangan lebih oke... :) )

Oh iya, sebelum itu aku ama rifka berkongsi untuk pergi nonton. Rifka pengen di temenin liat film Knowing. Walau aku udah liat tu film, tapi tetep aja pengen liat lagi. Karena nonton itu sebaiknya rame-rame, maka muncullah pikiran jahatku untuk ngajak dinda bolos. Aku si hitungannya gak bolos, soalnya aku gak ada kelas Hukum Perburuhan sehabis jeda satu mata kuliah, jadinya ya bisa aja nonton. Tapi si Dinda keukeuh banget, ya iya si dia udah banyak gak masuk mata kuliah itu, kan buat ujian itu mesti 75 % kehadiran syaratnya. Dan hasilnya aku aja yang memutuskan untuk pergi nonton.

Dan terjadi kekacauan jadwal diotakku. Tiba-tiba angka-angka di jam tanganku kabur semuanya *hahaha*. Berimbaslah kepada kengambekan dinda, soalnya dia bakal sendirian nunggu kelas selanjutnya. Aku dan rifka mesti ke amplaz (kenapa aku memilih amplaz??? gak ke XXI aja?? karena di XXI gak bisa sekalian shopping,, *hehehe*) karena film pertama diputar jam 11.30. Sedangkan kelas dinda di mulai jam 13.00. Ya mutung lah dia. *maaf din,, hehehe*

Sebelum ke Amplaz aku ama dinda makan dulu di soto deket galeria, trus si rifka pergi ke oriflame. Setelah itu kami ketemuan di tempat aku ama dinda makan. Dinda pulang ke rumah, aku dan rifka langusng melanglang buana ke amplaz. Okey.. rada buru-buru juga siii, soalnya 20 menit lagi jadwal paling pertama filmnya diputer, dan kami mesti menyusuri jalan solo yang padet banget itu. Sesampainya di amplaz kami memilih buat naek lit, ya biar cepet aja, soalnya kalo pake eskalator gak bakal keburu (apalagi naek tangga darurat, baru besok paginya kami nonton tu film *lebay*. Setelah beli tiket (tanpa ngantri) kami berdua langsung menuju studio datu yang pas banget udah 
dibuka, dan didalam itu gelappp bangett.... hahahah, emnag si studio itu mesti dimatiin lampunya, tapi entah kenapa waktu itu gelap banget, gak kayak biasanya. Nyari deretan nomer yang nyala di deretan bawah kursi aja mpe nyandung kesana ke mari dulu. Emang si gak ada sinar apa-apa dari screennya, soalnya lagi nampilin ruang angkasa gitu, kan mana ada ruang angkasa ada lampunya.

Setelah nemuin kursi D-13 dan D-14, kami duduk dengan agak tenang soalnya panik habis kesandung-sandung. Tapi ketenangan itu hanya berjalan sementara. Ya iya lah secara film yang agi disajikan didepan mataku itu film yang sangat-sangat menerorku. Gimana gak meneror, aku jadi kebayang-bayang trus. Mana ada pake adegan pesawat jatuh pula. Jadi parno kan naek pesawat!!! Walau aku udah pernah nonton film itu sebelumnya, yang artinya ini buat kedua kalinya. Tetep aja aku kagetan dan gak berani liat beberapa adegannya. Karena aku lumayan hapal deretan adegannya, ya alhasil aku udah tau kapan aktu siap-siap buat nutupin mata pake kerudung atau tangan. *hehehe*

Sehabis nonton knowing rifka kelaperan, soalnya dia belum makan sebelumnya. Ya sebenernya aku agak kenyang, 
tapi ya hayuk aja buat cari amkan, jadi ntar malemnya gak repot-repot cari makan. Dan pilihan kami tertuju pada KFC, karena setelah menimbang-nimbang isi dompet cuman disitu aja deh yang pling murah. Sebenernya sih bisa aja di Taman Sari atau dimana gitu, tapi rifkaya gak mau. Ya udah aku nurut aja. 

Dan dua orang yang gak tau ama arah angin ini sibuk mencari-cari kfc. Padahal aku lumayan hapal ama letak-letak pertokoan ditiap lantainya, tapi entah eknapa aku rada agak bingung nyari KFC tadi. Ya udah kami langusng ke lift aja, kali aja disitu ada tulisannya KFC gitu, dan ternyata tak ada!! Okey,, aku langsung beropini mungkin dilantai GF. Hahaha.. ternyata salah!! Syukur ada mas-mas yang kerja di KFC ikutan lift, jadi kami ngebuntutin deh.

Di KFC aku pesen colonel yakiniku ama pepsi, trus si rifka pesen nasi+ayam+pepsi. Sambil meperbincangkan film yang baru kami tonton gak nyadar ternyata kami meludeskan semua yang ada dihadapan kami.

Tak berbekas Tak berjejak

Karena jam udah nunjukin jam 14.30 kami langsung melaju (boong) ke kampus. Tapi sebelumnya mampir kost dulu buat shalat. Sehabis itu kami ke kmapus, dan sayangnya aku telat ngebaca sms dinda. Ternyata hari itu gak ada kuliah PIDSUS!! Huhh.. Tapi gak apa-apa sih, hahaha


What Happen Today???

Gara-gara : 


Dan


Bokek berat ni, iya si bentar lagi tanggal muda, tapi beberapa hari ini mesti menghemat beratt ni *ahayhayhay*.

About KNOWING

Aku udah dua kali nonton knowing dan tetep ya spirit tuh film gak ada matinya!! Kalau ada lagi yang ngajak nonton tu film, aku bakal mau kok. Hahaha

Selama makan di KFC tadi aku ama rifka sibuk membahas film knowing. 

Ada banyak hal yang sebenernya bisa diperdebatkan difilm itu. Ya begitu banyak, walo kami tau itu hanya sebuah film, yang pastinya bukan merupakan kenyataan dan sebuah rekayasa. Mungkin aja sih ada kejadian nyatanya tapi itu hanya penggambaran ulang atau hanya sebagai penyokong dari film itu.

Kita berdebat tentang tanggal 19 oktober 2009 yang jadi inti dari film itu. Di film itu di prediksikan bakal terjadi sesuatu pada tanggal itu. Yah, moga kami masih bisa hidup dan beribadah untuk waktu yang lam, belum punya sangu yang cukup nih buat dikehidupan yang akan datang. 

Dan disitu diceritakan tentang ada orang-orang yang terpilih untuk melanjutkan hidup selanjutnya. Bukannya kalau dunia dihancurkan(kiamat) itu gak ada satupun makhluk yang bisa terlepas??? 

Okey, disitu digambarkan kalo yang menyelamatkan orang-orang terpilih itu adalah alien yang berubah menjadi berbentuk manusia normal. Tapi mereka itu siapa?? Toh mereka juga meninggalkan orang-orang terpilih ke suatu tempat yang dianggap tepat untuk melanjutkan hidup dan menerusakan peradaban manusia selayaknya dibumi.

Apa dengan angka-angka semuanya bisa diramalkan?? Iya sih biasanya nenek aku itu kalo mawu ngeramal kayak gitu ngitung-ngitung angka.

Aku bingung, apa iya di jagat raya yang sebesar ini hanya ada kehidupan di bumi?? BUkannya pasti ada suatu galaksi lain selain galaksi bima sakti yang mempunyai planet yang tentunya juga bisa ditempati manusia??? Apa iya tentang kehidupan lainnya itu disebutkan di Al-Qur'an???

Ada satu kalimat yang diucapkan oleh salah satu tokohnya
"i'm not kid anymore"
Itu GUEEEEE BANGETTTTTZZZZZ
ntar kalo aku dianggap anak kecil lagi ama ortu,, bakal bilang gitu ah.. hahahaha

Tapi pembahasan knowing tiba-tiba malah menjurus ke arah pembahasan tentang keadaan perpolitikan di indonesia baru-baru ini ya??? hahaha.. Ya itu lah debat kusir, gak pernah dibawa ke suatu forum ilmiah, jadinya ya mentah sampai disitu aja.

Oh iyah, bukan karena aku nonton film knowing aku langsung tiba-tiba ingin berubah haluan untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah yang berhubungan dengan ilmu astronomi ato perbintangan. Dari dulu kaleeee.. mulai aku kecil, aku udah punya cita-cita buat jadi ahli astronomi, pokoknya pengen kerja di NASA, pengen hidup di luar angkasa, pengen pergi ke bulan ato ke mars ato sekalian ke pluto aja. Pengen banget meneliti alam semesta ini, ngeliat hamparan bintang-bintang itu. Hoahh.. ternyata itu cuman tinggl mimpi, secara aku udah mulai ciut nyalinya waktu SMA ada pelajaran kimia, emnag sih buat pelajaran kayak begitu lebih kepada pelajaran fisika. Tapi bukannya kalau pengen naek kelas dan lulus itu juga harus mengikuti pelajaran kimia?? hehehe

Ada satu scene yang bikin aku parno mpe sekarang. Disitu digambarkan kecelakaan pesawat, okeyy.. dan alhasil aku jadi takut naik pesawat!! padahal aku mesti menggunakan alat transportasi itu jika ingin pulang kampung. Wah dilema niiii.... Semoga aku tetap ada dalam perlindungan Allah SWT. aminnnn...

Sebenernya pelajaran yang dimabil itu sih, kita sebaiknya harus menyiapkan diri sebaik-baiknya untuk menghadapi apa yang ada dihadapan kita. Bukannya kita tidak mau berusaha, tapi berusaha untuk menghindari takdir itu apa dibenarkan?? Berbuat yang terbaik aja yang bisa kita lakukan, anggap aja besok kita udah gak bisa berbuat baik itu lagi. Simple kan?? tapi agak susah buat dijalanin.. :)

Sayangi bumi!! Save our world
kalau kita cinta alam, bukannya alam juga kan mencintai kita??? 
*vetty vera gak ikut-ikutan kok..hakhakhak*

Mungkin ini aja buat cerita hari selasa ini, hari udah malam, dan besok harus bangun pagi buat kuliah Hukum Pertanahan. tapi tetep masih insomnia nih, bingung cari obatnya kemana. hakhakhak
Mawu ke dokter umum tapi takut ntar dirujuk ke dokter jiwa. hihihihi :P

Besok kembali harus tegar, karena bukannya sehari sudah terlampaui kemarin??
Semua akan berjalan baik-baik saja jika aku juga baik-baik saja..
Berdoa besok akan terjadi hal-hal yang lebih baik lagi.. aminnn...
 
Designed by Lena Graphics by Elie Lash