Thursday, October 21, 2010

hello friday !!

Aku takkan bertahan bila tak teryakinkan
Sesungguhnya cintaku memang hanya untukmu
(rio febrian-bukan untukku)

jogjajogjajogja

Beberapa hari ini aku survey rumah. Dari jalan kaliurang, condongcatur, maguwo semuanya pokoknya. Bensin motorku sampe gak ketolongan, yang biasanya full untuk seminggu lebih. Ini tiga hari aja mesti ngisi lagi :(.
Pengalaman beberapa hari ngiterin Jogja, sepertinya fenomena "kuliah.cari rumah.lulus.malas balik kekota asal" itu banyak banget. Apa ya yang ngebuat penduduk "dadakan" itu meminati Jogja untuk menjadi tempat menetap?
Kalau dibandingin dengan Jakarta, Surabaya, ataupun Bandung. Jogja jauh tertinggal dari mereka untuk urusan fasilitas. Walaupun sebenarnya untuk standar kehidupan perkotaan Jogja sudah terpenuhi.
Walaupun sudah berkembang sampai macet kemana-mana, Jogja ya tetap Jogja. Kendaraan seliweran dimana-mana, bangunan tingkat banyak dibangun dimana-mana, perumahan elite sudah gak kehitung lagi. Jogja ya tetap Jogja. Dengan malioboronya yang ramah, lampu-lampu disepanjang jalan yang beda aja kalau dirasain, merapi yang menjulang gagah diutara sana, perkampungannya yang tetap tak kehilangan jiwanya, pantainya yang selalu aja memanggil :).
Disini, walau namanya kota pelajar. Saban ada masalah dengan yang namanya pemerintahan pusat, mereka bisa bersikap lebih bijaksana. Yaaa bersikap layaknya orang terpelajar dan PUNYA HATI !! Demo gak pake lempar-lempar batu, gak bakar-bakar, gak begitu mengganggu lah. HUmm.. untuk tawuran antar pelajarnya aja cuman dilakukan ama anak-anak SMAnya atau SMPnya aja. Biasaaa kaum labil memnag suka begitu. Nilai seperti itu yang ngebuat mereka punya nilai, punya tempat tersendiri dihati orang-orang yang ngasih kerjaan. Walau mereka itu dari berbagai macam daerah, mana ada yang bikin polah yang enggak-enggak. Untuk tersinggung secara individu sih biasa aja ya,tapi gak bakal kayaknya merembet kepermasalahan kelompok. Hal ini juga yang bikin Jogja jadi istimewa.
Indah bukan kalau kita semua seperti itu??

Wednesday, October 20, 2010

kisah klasik

*Well.... kali ini kita akan berbicara tentang keinginan

Dulu waktu kecil, ketika semua orang seusia ku bermimpi untuk menjadi seorang dokter, pilot, insinyur (kayak si doel), atau astronot skalipun. Dian kecil cenderung bermimpi menjadi seorang agen rahasia (ya kayak agen-agen rahasia FBI atau CIA punyanya amerika gitu deh). Sambil bermain masak-masakan sama tetangga sebelah waktu di Palangkaraya, mimpi aku itu tetap saja sama. Ceritanya sih aku tukang jualnya tapi waktu itu menyamar mau nangkep mafia kelas kakap. :P

Seiring mendewasanya pikiran, keinginan yang cenderung hanya mimpi itu terkubur bersama kenyataan yang mengharuskan aku memasuki dunia perhukuman *ceile*. Study di fakultas hukum terkadang kembali mengangkat mimpi-mimpi kecil ku dulu. Agen rahasia yang tau hukum itu kan keren kayaknya *mengkhayal parah*
Apalagi dijogja aku dicekokin film yang isinya mikir abisss.. Jarang tuh nyewa film yang isinya ketawa ketiwi. Walaupun ada isinya yang ketawa ketiwi pasti ujung-ujungnya dibawa mikir. *misalnya* Loh kok mesti dari negara 'X' sih yang jahat, wah ini ada konspirasi kayaknya.. hahaha, ya padahal bisa aja cuman pemain itu aja yang lagi nganggur.

Kembali kepermasalahan "keinginan". Sebenarnya keinginan itu mimpi-mimpi yang tanpa sadar kita usahakan untuk menjadi nyata. Atau memang hal yang sebenarnya belum tentu kita mau tapi ya memang sesuai dengan kehidupan kita. Bingung kan? Aku yang nulis aja bingung kok :).

Coba kita ingat-ingat, semakin tinggi jenjang pendidikan yang kita jalani. Sepertinya keinginan juga semakin leluasa meninggalkan kita. Contohnya, dulu waktu SD kita pengen jadi penulis. Tapi setelah kuliah, dan kebetulan kita ngambil kuliah hukum bukan sastra, apa iya keinginan kita enam atau tujuh tahun yang lalu masih ada? Padahal bisa saja kita memang berbakat disana, ya seperti udara yang gak kita hirup berarti kita gak bisa bernapas.

Apa kita juga sadar, semakin kita tua, potongan-potongan harapan ditata seadanya? Kita melihat hidup seseorang sukses, tapi belum tentu dia menata potongan keinginannya dengan benar.

Lalu bukan berarti jika semua keinginan masa lalu kita tidak pernah dipenuhi di masa sekarang atau yang akan datang kita gagal memenuhi tuntutan hidup. Banyak manusia yang keinginannya 'hanya ingin hidup'. Tapi ternyata jalan membanya ke 'kehidupan yang gak cuman sekedar hidup'. Beruntung dia.

Summer in seoul


Waktu ke gramedia beberapa hari yang lalu, entah kenapa aku tertarik mencari buku pada pojok rak yang berderet buku fiksi yang dikategorikan entah novel remaja atau novel dewasa. Perhatianku kemudian tertuju pada buku karangan Ilana Tan. Bentuknya sih seperti tetralogi gitu, tapi sebenarnya buku yang satu dengan yang lainnya isinya gak sama.
Hummm.. mungkin mengawalinya aku memilih summer in seoul, ya ceritanya ringan gitu lah. Berisi tentang cinta-cintaan. Cerita yang sering ditemukan diberbagai judul novel. Tapi hal yang bikin salut, pengarangnya menggambarkan kedua negara latar dari ceritanya dengan baik. Hal yang jadi pertanyaan sekarang, pengarangnya langsung survey kelapangan secara dadakan untuk sekedar tulisannya, atau memang pengarang itu mengenal baik negara-negara yang jadi setting cerita di novel itu. Salut deh untuk itu.
Hal lain yang sebenarnya perlu direnungin sih. Novel itu mengajarkan kita untuk belajar mengenal seseorang dari berbagai sudut pandang. Hal pertama yang kalian dengar tentang seseorang itu gak bisa langsung dijadikan referensi. Hal yang umum orang gembar gemborkan, tapi hal itu pula yang paling susah untuk diaplikasikan kediri kita sendiri.
Satu lagi, apa iya kalau kita sering bersama seseorang. Bisa aja rasa-rasa yang sebenarnya gak kita harapin bisa muncul? Jujur aja nih ya, selama ini ada beberapa kali aku memaksakan situasi itu kediriku sendiri, tapi entah kenapa pasti gak berhasil.
Hahaha. Mungkin 'proses' lebih bisa aku pegang ketimbang sekedar kebiasan bersama :)
Heuu,, malah melenceng dari topik. Sebenarnya aku bukan penggemar artis-artis korea yang banyak orang-orang elukan itu. Hal yang paling aku suka kalau ngeliat serial-serial korea itu entah arsitektur bangunannya, makanannya, sama pemandangannya. Kalau untuk fashion, aku masih cinta batik kok. hehehe
Pengen deh ke Korsel, pengen buktiin aja. Apa iya pemandangan disana seperti yang mereka sering gambarkan diserial-serial itu. Apalagi kalau lagi winter. Hauuu... mauuu :)


Monday, October 18, 2010

Sebaiknya Dia Tidak Berbuat Sebaik Ini

Coba saja dia bisa bersikap wajar. Pengharapan yang dulu dikubur dalam-dalam mungkin gak terungkit lagi
Gak pernah ada pikiran untuk merusak yang sudah terbentuk kok, gak pernah ada keinginan untuk menyakiti siapapun
Hal yang aku tahu semuanya bahagia bukan, setelah berakhir dengan kejelasan yang ternyata semua berawal dari kesalah pahaman dan sakit hati diantara kalian. Bukankah itu hal yang seimbang dengan usaha yang kalian berikan?? :)
Sebenarnya manusia mana sih yang bisa terima dengan kejadian seperti itu? Ya apalagi manusia tak sabaran macam aku?
Aku yang terbiasa mendapatkan apa yang aku mau, terbiasa dengan impian yang selalu aku usahakan nyata, ternyata bisa menerimanya
Sebenarnya hal yang aku minta, bersikaplah wajar denganku. Jangan pernah kejadian ini bikin semua pihak merasa bersalah, entah itu aku atau yang lainnya
Semua sudah dewasa, semua sudah tau mana yang sebenarnya terjadi karena 'jalanNya' atau memang karena terpaksa bukan??
Selalu bahagia ya, doaku selalu untuk kalian :)
 
Designed by Lena Graphics by Elie Lash